Nuffnang Ads

Wednesday, January 30, 2013

PUISI oleh WS RENDRA - HAI, MA !


Hai, Ma !

Puisi oleh WS RENDRA

……………
Ma,
bukan maut yang menggetarkan hatiku
Tetapi hidup yang tidak hidup
karena kehilangan daya dan kehilangan fitrahnya

Ada malam-malam aku menjalani
lorong panjang tanpa tujuan kemana-mana
Hawa dingin masuk ke badanku yang hampa
padahal angin tidak ada
Bintang-bintang menjadi kunang-kunang
yang lebih menekankan kehadiran kegelapan
Tidak ada pikiran, tidak ada perasaan,
tidak ada suatu apa…..

Hidup memang fana Ma,
Tetapi keadaan tak berdaya
membuat diriku tidak ada
Kadang-kadang aku merasa terbuang ke belantara,
dijauhi ayah bunda dan ditolak para tetangga
Atau aku terlantar di pasar, aku berbicara
tetapi orang-orang tidak mendengar
Mereka merobek-robek buku
dan menertawakan cita-cita
Aku marah, aku takut, aku gemetar,
namun gagal menyusun bahasa

Hidup memang fana Ma,
itu gampang aku terima
Tetapi duduk memeluk lutut sendirian di savanna
membuat hidupku tak ada harganya
Kadang-kadang aku merasa
ditarik-tarik orang kesana-kemari,
mulut berbusa sekedar karena tertawa
Hidup cemar oleh basa-basi dan
orang-orang mengisi waktu dengan pertengkaran edan
yang tanpa persoalan, atau percintaan tanpa asmara,
dan senggama yang tidak selesai

Hidup memang fana, tentu saja Ma
Tetapi akrobat pemikiran dan kepalsuan yang dikelola
mengacaukan isi perutku
lalu mendorong aku menjerit-jerit sambil tak tahu kenapa

Rasanya setelah mati berulang kali
tak ada lagi yang mengagetkan dalam hidup ini
Tetapi Ma,
setiap kali menyadari adanya kamu di dalam hidupku ini
aku merasa jalannya arus darah di sekujur tubuhku
Kelenjar-kelenjarku bekerja, sukmaku menyanyi,
dunia hadir, cicak di tembok berbunyi,
tukang kebun kedengaran berbicara kepada putranya
Hidup menjadi nyata, fitrahku kembali

Mengingat kamu Ma
adalah mengingat kewajiban sehari-hari
Kesederhanaan bahasa prosa, keindahan isi puisi
Kita selalu asyik bertukar pikiran ya Ma
Masing-masing pihak punya cita-cita,
masing-masing pihak punya kewajiban yang nyata

Hai Ma,
apakah kamu ingat aku peluk kamu di atas perahu
Ketika perutmu sakit dan aku tenangkan kamu
dengan ciuman-ciuman di lehermu
Masya Allah, aku selalu kesengsam dengan bau kulitmu
Ingatkah waktu itu aku berkata :
Kiamat boleh tiba, hidupku penuh makna
Wuah aku memang tidak rugi ketemu kamu di hidup ini

Dan apabila aku menulis sajak
aku juga merasa bahwa
Kemaren dan esok adalah hari ini
Bencana dan keberuntungan sama saja
Langit di luar langit di badan bersatu dalam jiwa

Sudah ya Ma…

Jakarta, Juli 1992

Saturday, January 26, 2013

Meditasi Malam

BĂșlan, mengapa malam ini kau tak peduli pada pungguk:
resah malam,merangkak buas ketika cengkerik galau menuduh dusun-dusun purba
Firasat sesat karma-karma hiba membungkus nafas logika manusia
Tidak kah Gelap ini mati untuk hidup esok lagi. Mati akan memberi rehat mimpi?

Bulan, Bulan, Bulan;
bukan sial jika kau hilang
cuma, peraturan hidup yang ditutup siang untuk
meditasi realiti dalam erti sehari-hari
hari yang perlu dihijaui saksi-saksi bumi, di langit tinggi
dalam telagah ciptaan.

Fahami lah! bintang tetap teman,walau pungguk tersiksa panjang.

Minda Besi
[Yala]

Thursday, January 24, 2013

KUCUP

Langit, mekar bumi menyembah
tempat lahir makhluk istimewa
dari bapa ku yang di pinggirkan syurga
kau pelengkap kepada nya.

Sujud segala yang hidup
generasi lalu bergilir penghulu
basah bibir berukir restu
deminya Ya Rabb, dunia masih tercekam dari rahmatmu.

"Ya aiyuha l-lazina amanu, sollu 3alan Nabiy"
"Sollu alaihi Wa Sallimu Taslima"
Kucup ku mohon:
setiap salam-salam solatku.

Minda Besi
Maulidur Rasul 2013

Thursday, January 17, 2013

Mencari Tuhan Mereka

Kalau aku
mencari tuhan besar
panjat saja dinding dinding tamar
berkhutbah panjang ke dada angkasa
bukan hallaj bersatu dalam jiwa

Kalau aku
mencari tuhan kecil
lempar saja huruf-huruf petir
bersangka-kala ke hulu hilir
tidak, seperti doa riak bertiangkan rakyat

Kalau, aku
mencari Tuhan
tidak; menjengkil tinggi suara-suara, atma mereka.

 Minda Besi
[Yala Thailand]

Pulang mu di Khayalan Ka'abah

Kau senyum indah
dalam pelukan kejap malaikat
sepanjang perjuangan mu menyekat nafas
tiada resah dan tak mengadu lemah
mengacip gusi sambil menyembah
pulangmu di khayalan ka'abah
amat berkah, kini terbangmu bebas
menuju alam luas
bersama jutaan alfatehah

Saudara, keluarga akan merindui mu.

 -Alfatehah buat saudaraku Abg Rofiq
Minda Besi
Yala Thailand

Tuesday, January 15, 2013

Hanya Satu [Amir Hamzah]

Timbul niat dalam kalbumu:
terban hujan, ungkai badai
terendam karam
runtuh ripuk tamanmu rampak

Manusia kecil lintang pukang
lari terbang jatuh duduk
Air naik tetap terus
Tumbang bungkar pokok purba

Teriak riuh redam terbelam
Dalam gegap gempita guruh
Kilau kilat membelah gelap
Lidah api menjulang tinggi

Terapung naik jung bertudung
Tempat berteduh Nuh kekasihmu
Bebas lepas lelang lapang
Di tengah gelisah, suara sentosa

                  *

Bersemayam sempana di jemala gembala
Juriat pelita bapakku Ibrahim
Keturunan intan dua cahaya
Pancaran putera berlainan bunda

Kini kami bertikai pangkai
Di antara dua, mana mutiara
Jauhari ahli lalai menilai
lengah langsung melewat abad

Aduh kekasihku
padamu semua tiada berguna
Hanya satu kutunggu hasrat
merasa dikau dekat rapat
Serupa Musa di puncak Tursina

[Amir Hamzah, 1937]


Sunday, January 13, 2013

Tirani

Aku tahu kau tidak bisa dicela
atas nama-nama tuhan atau bangsa
terapuh amat dunia kini
dalam mimpi sebagai janji
telusur suci jadi benci
hatta merobek harga diri
dalam doa-doa tirani
aduh Tuhan, aku mohon penjelasan!

Minda Besi
Yala Thailand

Thursday, January 10, 2013

Penjara Jalanan Langkasuka

Langkasuka
di jaring-jaring kota
di daerah yang kini rawan
hilang diragut dendam-dendam
musuh atas nama perjuangan
jadi benci demi kematian
keliru atau kerana TUHAN

Langkasuka
kini; di tebing jalan gagak segak bersenjata
ketika taat memanusiakan manusia
katanya; dalam rangka keamanan
tetapi telah menembak mati burung yang dulu bebas terbang
di usus bumi suburnya
di dada langit luas miliknya
terikat dalam kubu penjara jalanan
di kota sakti ini

Langkasuka
Mati Idealis
Mati Modenis
jadi prejudis
dalam poros dunia magis
tiada garuda lagi
tiada gergasi helang lagi
malah habis mati imaginasi

Langkasuka
hanya tinggal
bilangan hipokrasi misteri
terhijab di celah-celah lalang
dendam zaman berzaman

Langkasuka
hanya tinggal
gagak hitam di jalanan
bersenjata kerana sumpah kepada pendita
demi menutup lopong-lopong ketirisan

Selamatkan Kota ini
mohon cahaya atas cahaya;
TUHAN lebih mengerti

Minda Besi
Langkasuka, Yala